Hummingbird-Rufous-tailed

by 20:27:00

Hummingbird-Rufous-tailed




Life History

Food

Rufous-tailed Hummingbirds are nectar-feeders, feeding on Heliconia, banana, and coffee flowers (Greenberg et al. 1997). Since nectar is low in protein, they also feed on small insects (Remsen et al. 1986). This species is also a common visitor to human-made feeders filled with a sugar-water mixture.



Behavior

This species is extremely aggressive and territorial (Stiles and Skutch 1989). They dive at other hummingbirds or large insects (such as butterflies) that invade their feeding area (Primack and Howe 1975, Boyden 1978). While aggressive, they sometimes form loose nesting colonies (Weller 1999). Like many (if not most) other hummingbird species, since their metabolic rates are so high, Rufous-tailed Hummingbirds go into a torpor state at night and on colder days to conserve energy.
Territoriality

Rufous-tailed Hummingbirds can be extremely territorial over preferred feeding sites (Stiles and Skutch 1989). This can include both patches of flowers and man-made feeders.



Sexual Behavior

Rufous-tailed Hummingbirds are polygynous. Males will often become territorial over an area of flowers, presumably for courting a female.
Social and interspecific behavior

This species is aggressive, both towards others of its species and other species. While aggressive, it will sometimes nest colonially. They will often cohabit a man-made feeder with other hummingbirds, though Rufous-tailed Hummingbirds often spend more time chasing off other birds (and insects) than tolerating their presence (personal observation).



Predation

Very few animals are able to prey on adult hummingbirds, but chicks and eggs are vulnerable to nest predators, including domestic cats and small birds of prey.
Reproduction

The breeding season for this species varies greatly due to its large range. In Oaxaca, southern Mexico, breeding is from March-August (Binford 1989). Breeding is from February-November in northeastern Costa Rica (Wolfe 2009). Nesting may be year round in Panama, but with a peak from January-May (Skutch 1931). Nests reported from Colombia in February and August (Hilty and Brown 1986).



Females usually choose small trees or bushes as nesting sites, from 0.6-6 m above the ground (Skutch 1931). The cup nest is usually made from plant fibers, leaves, and cobwebs and is covered with lichen and moss. A new nest will be rebuilt if the original is destroyed (Stiles and Skutch 1989, Weller 1999).

Females usually lay 2 eggs. The incubation period is 15-16 days. Young fledge at around 18- 22 days old, though they will not become independent of their mothers under around day 58 (Skutch 1976). The female provides all of the parental care.



Populations and Demography

The Rufous-tailed Hummingbird global population is estimated to be between 500,000 to 4,999,999 individuals (BirdLife International 2009). While the population trend is undetermined, it is not believed to be decreasing (IUCN 2009). There is no information related to topics such age at first breeding, life span and survivorship, dispersal, or population regulation.


Kicaun Burung poksay Di Kalimantan

by 20:17:00
 Kicaun Burung poksay 


Laughingthrush adalah kelompok burung kicauan yang berasal dari genus Garrulax dan Trochalopteron dari keluarga Leiothrichidae. Dari kedua genus tersebut, garullax lah yang cukup dikenal dikalangan penggemar burung, karena di dalamnya terdapat beberapa jenis burung kicauan yang cukup dikenal yaitu poksay dan hwamei. Berikut 9 jenis burung poksay yang terkenal di Indonesia

1. Poksay jambul (Garrulax leucolopus)


Poksay jambul disebut juga dengan nama white-crested laughingthrush merupakan jenis burung kicau yang sempat popular di Indonesia beberapa tahun silam. Jenis burung ini merupakan jenis burung impor yang memiliki penyebaran mulai dari Himalaya hingga Indochina.

Suara poksay jambul cukup keras, bahkan bisa sangat berisik, meski begitu suara kicauannya ternyata mampu memberikan kenangan tersendiri terutama bagi para penggemar burung yang pernah memeliharanya di tahun 1990-an.


2. Poksay hongkong (Garrulax chinensis)


Poksay hongkong manjadi poksay yang dinilai lebih tinggi, karena mempunyai kicau yang lebih bagus. Poksay ini pernah menjadi langka saat ada wabah flu burung, karena burung ini di impor dari luar (hongkong).

Selain poksay jambul, poksay hongkong pernah mengalami masa jayanya di era 1990-an. Burung ini bahkan mendominasi hampir semua pasar-pasar burung di Indonesia. Suaranya yang mengalun merdu dengan gaya tarungnya yang khas membuat banyak penggemar burung tergila-gila memelihara burung poksay ini. 

Kini, poksay hongkong cukup sulit ditemukan, dan biasanya hanya pada musim-musim tertentu saja burung ini banyak ditemukan di pasar-pasar burung berukuran besar. Oleh karena itu, menangkarkan poksay hongkong adalah salah satu cara yang cukup bijak guna lebih menyemarakkan dunia kicaumania. 

3. Poksay sumatra (Garrulax bicolor)




Poksay sumatra atau Sumatran laughingthrush yang oleh sebagian kicaumania sering disebut juga sebagai poksay jambul merpakan burung poksay endemik Sumatra. Keberadaan dan populasi spesies ini cukup mengkhawatirkan akibat hilangnya habitat dan juga maraknya perburuan liar untuk tujuan perdagangan. Karena itu sejak tahun 2010 lalu, poksay sumatra masuk dalam daftar merah ICUN dan dikategorikan sebagai Rentan (VU).

Suara kicauannya cukup ramai dan sangat berisik, sekilas mempunyai kemiripan dengan suara poksay jambul.

4. Poksay kuda (Garrulax rufifrons) 


Poksay kuda adalah poksay yang mempunyai kicau sangat keras. Poksay ini (Garrulax rufifrons) yang merupakan spesies endemik di Jawa yang sekarang keberadaan spesies ini makin jarang ditemukan, bahkan langka.

Salah satu spesies burung poksay yang termasuk sangat langka adalah poksay kuda atau rufous-fronted laughingthrush. Jenis poksay ini adalah endemik Pulau Jawa yang sejak tahun 2013 lalu masuk dalam daftar merah IUCN dengan status Terancam Punah. Meski telah dilakukan berbagai upaya penangkaran, termasuk salah satunya yang pernah dilakukan oleh Cikananga Wildlife Center di Sukabumi, namun tanpa dukungan dari banyak pihak, maka upaya tersebut tidak akan bisa menurunkan statusnya. 


5. Poksay mantel (Garrulax palliatus) 


Poksay mantel atau poksay medan adalah jenis poksay lokal yang bisa didapat di Indonesia dan sekitarnya. Poksay ini berwarna gelap.

Poksay mantel atau Sunda laughingtrush merupakan jenis burung poksay yang endemik Sumatera dan Kalimantan. Di Sumatera poksay mantel banyak ditemkan di sepanjang Bukit Barisan, sedangkan di Kalimantan keberadaan mereka terbatas di pegunungan di wilayah Kalimantan bagian utara, mulai dari Gunung Kinabalu hingga Usun Apau, Gunung Duit, dan dekat Gunung Mulu pada ketinggian 300-2000 mdpl. 

Di beberapa daerah, poksay mantel sering disebut juga dengan sebutan poksay medan. Suara kicauannya cukup kencang dan sangat berisik.


6. Poksay samho  


Poksay samho adalah satu dari beberapa jenis burung poksay yang pernah popular di Indonesia. Ada dua jenis dari burung samho yang bisa dibedakan dari asal penyebarannya yaitu Rusty laughingthrush (Garrulax poecilorhynchus)ang tersebar di seluruh Taiwan, dan Buffy laughingthrush (Garrulax berthemyi) yang tersebar di daratan China.

7. Poksay genting atau mandarin 


Poksay genting dikenal sebagai burung poksay yang sangat aktif. Jadi, kandang yang digunakan harus kokoh dan luas, dan cukup menggunakan satu tenggeran saja. Poksay ini bisa menjadi poksay alternatif untuk poksay hongkong yang mahal dan langka, karena suaranya mirip dengan poksay hongkong.

Poksay genting atau lebih dikenal dengan sebutan poksay mandarin menjadi salah satu jenis burung peliharaan alternatif bagi ingin memelihara burung jenis poksay. Spesies ini cukup popular dan banyak dipelihara oleh penggemar burung di Indonesia.  

Ada dua jenis burung poksay genting yang dikenal yaitu Chestnut-capped laughingthrush (Garrulax mitratus) yang banyak ditemukan di Sumatera, dan Chestnut-hooded laughingthrush (Garrulax tracheri) yang banyak ditemukan di Kalimantan. Perbedaan paling mencolok dari keduanya adalah warna yang terdapat pada bagian lingkar matanya. Poksay genting yang berasal dari Sumatera mempunyai warna keputihan, sedangkan yang berasal dari Kalimantan mempunyai warna kekuning-kuningan.



8. Poksay hitam (Garrulax lugubris


Poksay lokal ini ada 2 ras di Indonesia, yaitu poksay ras sumatera dan ras kalimantan. Burung poksay yang mempunyai kulit tanpa bulu di sekitar mata dan pipi berwarna biru adalah ras sumatera dan jika berwarna pipi kekuningan adalah ras Kalimantan. Poksay dengan paruh jingga adalah ras Sumatera dan paruh merah adalah ras Kalimantan.

Poksay hitam atau Black laughingthrush adalah jenis burung penetap yang umum ditemukan di hutan-hutan yang ada di wilayah pegunungan di Sumatera. 
Poksay hitam dikenal di kalangan kicaumania sebagai jenis burung yang bersuara sangat berisik, suara kicauannya bahkan memiliki kemiripan dengan suara poksay jambul. 



9. Hwamei atau wambi 


Selain dari jenis poksay yang kita kenal, burung hwamei atau wambi termasuk salah satu anggota dari keluarga burung poksay. Seperti juga poksay samho, hwamei mempunyai dua jenis yang memiliki penyebaran yang berbeda yaitu hwamei china (Garrulax canorus) yang tersebar di seluruh daratan China, dan hwamei taiwan (Garrulaz taewanus) yang tersebar di seluruh Taiwan. Perbedaan keduanya yang paling mencolok bisa dilihat dari tebal-tipisnya alis putih di atas matanya.  


Itulah 9 jenis burung poksay yang dikenal mempunyai suara kicauan yang cukup mengalun dan merdu, meski begitu tidak semua jenis poksay ini layak menjadi burung peliharaan. Karena sebagian di antaranya termasuk jenis burung yang dilindungi dan berada dalam kondisi kritis.  


Semoga bermanfaat




Burung Kicau Wiceh

by 19:17:00

Burung Kicau Wiceh


Nama Latin : Anthreptes malacensis (Scopoli, 1786)
Nama Inggris : Brown-throated Sunbirds
Nama Lain: Sogok ontong, Kolibri kelapa
Deskripsi :
Berukuran sedang (13 cm), berwarna-warni. Jantan: mahkota dan punggung hijau bersinar; tunggir, penutup sayap, ekor, dan setrip kumis ungu bersinar; pipi, dagu, dan tenggirokan coklat tua buram, bagian lain pada tubuh bagian bawah kuning. Betina: tubuh bagian atas hijau-zaitun, tubuh bagian bawah kuning muda.
Iris merah, paruh hitam, kaki hitam abu-abu.
                                             Jantan                                           Betina

Suara:
Kerikan bernada tinggi: “kelicap, twiit-twiit-twiit” atau lagu sederhana “wi-ciuw, wi-chiuw …” yang diulangi terus-menerus.
Penyebaran global:
Asia tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar dan Nusa Tenggara, dan Sulawesi.
Penyebaran lokal:
Burung dataran rendah yang tersebar luas dan umum sampai ketinggian 1.200 m, di seluruh Sunda Besar (termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya).
Kebiasaan:
Umumnya sama dengan Burung-madu Sriganti, penetap yang dikenal baik di pekarangan terbuka, perkebunan kelapa, semak pantai, dan hutan mangrove. Bersifat teritorial secara agresif, mengusir burung-madu lain dari pohon sumber makanan yang disukainya, seperti Loranthus, Musa, dan Hybiscus.

Makanan :
Nektar bunga yang berbentuk terompet pada benalu, pisang, kenbang sepatu. Juga memakan serangga, ulat, laba-laba, dan buah yang lembut.
Perkembangbiakan :
Telur 2 butir diletakkan dalam sarang yang tergantung, berbentuk kantung terbuat dari serat rumput yang dijalin dengan sarang laba-laba dan dilapisi dengan kapas rumput. Berbiak sepanjang tahun
Mengenal Burung Kicau Wiceh, Burung wiceh atau nama latinnya Anthreptes Malacensis merupakan burung kecil berukuran sedang (12 cm) pemakan Nektar bunga yang berbentuk terompet pada benalu, pisang, kenbang sepatu. Juga memakan serangga, ulat, laba-laba, dan buah yang lembut. Ada perbedaan warna bulu antara yang jantan dan betina untuk jantan memiliki mahkota dan punggung berwarna hijau bersinar; tunggir, penutup sayap, ekor, dan setrip kumis berwarna ungu bersinar; pipi, dagu, dan tenggirokan berwarna coklat tua buram, bagian lain pada tubuh bagian bawah berwarna kuning.

Betina: tubuh bagian atas berwarna hijau-zaitun, tubuh bagian bawah berwarna kuning muda.
Burung Wiceh juga sangat digemari oleh para sahabat majalahkicau karen suaranya yang bernada tinggi kelicap, twiit-twiit-twiit” atau lagu sederhana “wi-ciuw, wi-chiuw …” yang diulangi terus-menerus. Umumnya sama dengan Burung-madu Sriganti, penetap yang dikenal baik di pekarangan terbuka, perkebunan kelapa, semak pantai, dan hutan mangrove. Bersifat teritorial secara agresif, mengusir burung-madu lain dari pohon sumber makanan yang disukainya, seperti Loranthus, Musa, dan Hybiscus.
Burung Wiceh adalah salah satu burung dataran rendah yang tersebar luas dan umum sampai ketinggian 1.200 m, di seluruh Sunda Besar (termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya).burung Wiceh berkembangbiak dengan cara bertelur, yaitu sekitar 2 butir telur sepanjang tahun diletakkan dalam sarang yang tergantung, berbentuk kantung terbuat dari serat rumput yang dijalin dengan sarang laba-laba dan dilapisi dengan kapas rumput.


Raggiana bird of paradise (Paradisaea Raggiana)

by 19:40:00
 Raggiana bird of paradise (Paradisaea Raggiana) 


The Raggiana bird of paradise dikenal juga dengan nama Count Raggi’s bird of paradise. Burung ini juga yang paling dikenal sebagai burung Cendrawasih. Habitat burung ini terdistribusi secara luas di Pulau Irian selatan dan timur laut. 

Memiliki panjang 34 cm panjang, berwarna merah-coklat keabu-abuan, iris kuning dan kaki berwarna cokelat keabu-abuan. Burung jantan memiliki mahkota kuning, tenggorokan zamrud-hijau tua dan kerah kuning di antara tenggorokan.

Warna bulu sayap bervariasi dari merah ke jingga tergantung subspesies. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka berwarna coklat dan tidak punya bulu-bulu hiasan. 






Cara Pembiakan Asas EB - English Budgie

by 01:43:00

Cara Pembiakan Asas EB



Terdapat berbagai cara pembiakan English Budgie (EB) bergantung atas pembiak itu sendiri. Apa yang jelas, kita tidak boleh lari daripada asas pembiakan yang disyorkan oleh pembiak-pembiak ternama di dunia kerana spesis ini berasal dari negara luar. Bagaimanapun iklim dan cuaca di negara luar tidak sama dengan negara ini. Oleh itu ianya mesti disesuaikan dengan keadaan cuaca khatulistiwa yang menerima panas dan hujan setiap tahun.

Apa yang saya praktikan ni adalah atas nasihat daripada pembiak tempatan dan luar negara khususnya dari Thailand yang mempuyai iklim sama dengan negara kita. Saiz cage perlu sesuai untuk pembiakan EB. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil untuk sepasang induk. Saiz yang biasa digunakan berukuran 24 x 20 x 24 inci tinggi atau 30 x 24 x 24 inci tinggi dengan nestbox di luar cage. Cage ini boleh dibuat sendiri atau beli yang telah siap asalkan saiznya sama. Saiz nestbox yang di syorkan pula adalah 8 x 9 x 9 inci dengan bukaan lubang 2 inci. Nestbox yang bersaiz seperti ini dapat mengalirkan udara secukupnya dan memberi ruang untuk anak membesar.



Tempoh matang bagi EB adalah berumur 8 bulan dan bersedia untuk bertelur berumur 12 bulan. Tanda-tanda awal untuk bertelur apabila si jantan mula memasuki nestbox kemudian disusuli dengan si betina masuk membuang habuk kayu.

Proses ini berlaku dalam tempoh seminggu. Tanda-tanda awal lain ialah sayap burung betina seakan jatuh ke bawah ekor dan punggungnya labuh. Si betina akan berada di dalam nestbox sehingga bertelur. Si betina serius mengeram bila selesai bertelur.

Kebiasaanya jumlah telur diantara 4 - 5 biji. Si betina akan terus mengeram tidak meninggalkan nestbox. Burung jantan bertindak menyuap si betina yang sedang mengeram.

Tempoh mengeram antara 17 hingga 22 hari. Selepas semua anak menetas, burung jantan bertindak menyuap anak dan ibu sehingga burung betina keluar nestbox. Dalam tempoh ini, diet untuk tumbesaran anak adalah penting. Diet tambahan seperti roti, eggfood, spray millet, canary seed amat diperukan setiap hari. Elakkan daripada memberi sayuran dalam tempoh ini.



Setelah anak berumur 22 - 23 hari. Keluarkan si ibu untuk direhatkan di dalam aviary kerana burung betina menjadi kurus selepas mengeram. Biarkan burung betina bebas (free fly) untuk digemukkan dan galak sebelum dipasangan semula dengan pasangannya.

Biarkan tugas penjagaan anak diserahkan kepada si jantan sehigga anak mencapai umur 42 hari anak sudah pandai makan sendiri. Si bapa akan menjaga kesemua anaknya tanpa diganggu. Ini bermaksud tiada godaan dari betina.

Antara kebaikan mengasingkan ibu :-

1. Menjaga hayat burung betina.

2. Menjaga kuaiti anak

3. Anak membesar tanpa gangguan.

4. Dapat menghidar hama di dalam nestbox.

5. kesihatan burung betina dpuihkan untuk menghasilkan benih yang baik.

6. Burung betina direhatkan secukupnya.



Ini bermakna secara tidak langsung si betina telah direhatkan selama 20 hari selepas mengeram dan ditambah 40 hari lagi untuk dipasangkan semula. Sepanjang tahun EB dibenarkan bertelur hanya tiga kali. Ini bermakna 42 hari untuk tempoh mengawan, 51-54 hari untuk tempoh mengeram, 66 hari untuk menjaga anak, ini bermakna si ibu direhatkan 198 hari dalam setahun.

Bagaimanapun ini adalah satu cara yang saya amalkan terhadap pembiakan EB.

Cara ini berkesan untuk menjaga hayat si ibu dan menjamin anak membesar dengan sempurna.

Induk betina jika tidak direhat secukupnya atau dibiarkan menghasilkan anak berterusan menyebabkan jangka hayatnya tidak lama, egg binding (lekat telur), menghasilkan anak yang tidak berkualiti seperti anak cacat dan sebagainya.



Tip untuk menghasilkan anak EB yang berkualiti

1. Jangan pairkan dengan adik beradik/inbreeding.

2. Bloodline yang berkualiti/dari baka yang berkualiti

3. Pair dengan kontra series bagi menghasilkan anak yang baik contoh green series vs blue series. Saya lebih suka pairkan dgn betina daripada jadual sex-Linked contohnya cinnamon dan opaline.

4. Diet bermula daripada anak lagi.

5. Pairkan burung yang betul-betul matang sekurang-kurangnya berumur 12 bulan.

Jenis-jenis Burung Cockatiel

by 01:23:00
MENGENAL BURUNG EKSOTIK COCKATIEL 



Scientific classification :
                    Kingdom: Animalia
                    Phylum: Chordata
                    Class: Aves
                    Order: Psittaciformes
                    Superfamily: Cacatuoidea
                    Family: Cacatuidae
                    Subfamily: Nymphicinae
                    Genus: Nymphicus
                    Wagler, 1832
                    Species: N. hollandicus
Burung Cockatiel ( Nymphicus hollandicus ), atau di Indonesia sering disebut dengan nama burung Falk lebih populer di kalangan masyarakat dengan nama parkit Australia, ada juga yang menyebutnya sebagai Burung Kakaktua Mini karena memang bentuk fisiknya kecil, berparuh bengkok dan berjambul seperti burung kakaktua.
                    Nama Asli Spesies: Nymphicus hollandicus.
                    Rata-rata Ukuran: 12 sampai 14 inci panjang
                    Rata-rata Berat: Dari 88-178 gram.
                    Rata-rata Life: 16-25 tahun.
                    Vokal: Mereka lebih suka bersiul daripada berbicara. Burung Jantan lebih pandai daripada betina dalam bersuara.
                    Kematangan seksual: 12 sampai 24 bulan.
                    Masa Pengeraman Telur: 17 sampai 24 hari
                    Menyapih : 8 minggu.
                    Telur: Rata-rata bertelur 5 sampai 10

Tak banyak mutation cockatiel berbanding budgie. ianya hanya berkisar mutationnya seperti gambar di atas. Jangan risau jika pair cockatiel berlainan jenis kerana anaknya nanti akan mengikut gen jantan atau gen betina (ibu).  Pernah parent whiteface jantan + normal gray betina anaknya keluar lutino red eyes. Pair normal gray jantan + lutino betina anaknya keluar empat ekor lutino. Pair normal gray jantan + cinnamon pearl anaknya keluar cinnamon pearl. Siapa sangka bergantung di atas nasib tetapi sememangnya terdapat formula mutation yang dikeluarkan oleh mat salleh. Perkara ini boleh anda boleh layari blog atau website luar negara.


Mutation

Dominant

Normal Grey
Dominant Silver
Dominant Yello Cheek
Pastelface (Dominant ke Whiteface)

Sex-Linked

Lutino
Cinnamon
Pearl
Yellow Cheek (SLYC)

Recessive

Pied 
Fallow
Recessive Silver
Whiteface

Albino - Sex-Link/Recessive


Bagaimana untuk ceriakan pair cockatiel

Cockatiel seelok dibela melebihi 2 pasang. Jika hanya ada sepasang, cockatiel dilihat kurang ceria dan kurang aktif untuk membiak. Mereka berhubung melalui siulan dan mempunyai isyarat tertentu. Perbezaan ini amat ketara apabila cockatiel dibela 3-4 pasang dalam satu sangkar. Walaupon sifat cockatiel monogami iaitu setia pada pasangan, ada kalanya si jantan cuba memikat betina lain dan ada pula menunjukkan sikap setia pada pasangan.
Jika pasangan lain turun makan, yang lain pun ikut makan sekali walaupun masa makan untuk cockatiel dua kali sehari iaitu pada waktu pagi ( jam 9-10 pagi) dan petang (jam 5 - 6 petang) - 

Cockatiel bila dilepaskan beramai-ramai dalam sangkar yang besar, ia bebas memilih dan memikat pasangnya sendiri. Perlu diingat, nestbox perlu diletakkan lebih didalam sangkar bagi mengelakkan perbalahan. Sebagai contoh cockatial 5 pasang nestbox yang perlu diletakkan sebanyak 8 biji. 

                             

Sangkar bertingkat dan memuatkan hanya 1 pair sepetak tetapi masih tetap boleh berhubung diantara satu sama lain dengan siulan dan suara 
Apa yang penting, luangkan sedikit masa untuk perhatikan gelagat cockatiel di dalam sangkar.  Hanya tuannya sahaja yang tahu bila masa cockatielnya sihat dan sakit. Ada beberapa tip untuk melihat cockatiel anda betul-betul sihat atau sakit. Antaranya bulu yang kemas dan bersih, sentiasa menyisir bulunya, badan yang tegap dan kemas, makanan sentiasa habis, najis yang cantik (tidak cair), sentiasa bersiul dan terbang dengan galak. Manakala  cockatiel yang kurang sihat antaranya bulu yang tidak terurus (bulu kembang), bulu yang kotor, bentuk badan bongkok, ekor jatuh, sayap jatuh (adakalanya sayap jatuh tandanya nak bertelur), sentiasa tidur, malas bergerak, tidur kepala diselit pada kepak, tahi hijau berlendir dan makanan yang diletak tidak disentuh. Jika perkara ini berlaku, cepatlah bertindak dengan memberinya ubat.

Apa yang perlu dilakukan jika cockatiel yang dibela tidak bertelur atau tidak mahu mengeram?

1. Pastikan betul-betul jantinanya (pairing).
2. Nestbox yang betul, ukuran untuk cockatiel.
3. Diet yang betul.
4. Perhatikan cara seksualnya betul, si jantan panjat betina dengan betul.
5. Jika cockatiel bertelur dan selepas 2,3 hari ianya tidak mahu mengeram dan masuk nestbox, cuba periksa nestbox, kemungkinan ada tikus atau cicak datang mengacau di kawasan sangkar atau nestbox. 
6. Cockatiel betina tidak boleh terkejut semasa ia mengeram lebih-lebih lagi selepas jam 6 petang ke atas. (elakkan gangguan/memberi makan/bersih sangkar) Ini kerana pada masa tersebut giliran si betina mengeram, jika si betina terkejut dan keluar nestbox secara tergesa-gesa, adakalanya ianya akan memuadaratkannya, si betina tidak akan masuk lagi untuk mengeram malah kesihatannya turut terganggu. Ada kes si ibu jatuh sakit kerana terkejut sehingga tidak makan dan akhirnya mati.


Mutation/mutasi cockatiel akan bertukar apabila mencapai tahap matang, selepas beberapa kali bersalin bulu atau dalam tempoh lebih 1-2 tahun. Sebagai contoh cinnamon pearl whiteface jantan akan bertukar kepada normal gray tetapi tidak berlaku kepada betina. Manakala pearl betina akan bertukar kepada pied. Begitu juga dengan warna pada bulunya. Corak Cinnamon pearl tidak akan kekal lama sehingga ke hayat cockatiel. Peal betina jika melebih 3-4 tahun warna kuning lembut akan bertukar kepada kuning kunyit tua. 





Powered by Blogger.